NAMA : ZULFA
DZATAROHMAH
NIM : 111301108
MATKUL : PEDAGOGI
TUGAS : INDIVIDU
WAWANCARA GURU
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Mengajar
merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada
situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di
mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan.
Pembelajaran, seperti halnya aktivitas pertanian dan penyembuhan, adalah seni
kerjasama yang membantu alam melakukan apa yang dapat dilakukannya sendiri,
meski tidak mungkin selalu baik hanya dengan itu. Tapi, kebanyakan siswa dalam
proses belajar menjadi lebih pasti dan kurang menyesakkan ketika dibantu oleh
guru. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat belajar siswa menjadi lebih
mudah dan efektif. Inilah seni mengajar, yang tidak mungkin ditemukan pada
proses alami kehidupan alam organik. Guru berhadapan dengan siswa yang banyak
dan beragam. Mereka menerima kepuasan ketika menghadapi siswa yang baik, meski
belum tentu berprestasi tinggi dan menjadi manusia sukses di masa depan.
Badan
Nasional Standar Profesional Pengajaran di Amerika Serikat telah membuat
rumusan yang baik tentang pengajaran, di mana guru memfasilitasi peluang
belajar siswa tidak hanya sekedar menempatkan orang-orang muda di lingkungan
edukatif, melainkan juga harus memotivasi mereka, menangkap pikiran dan hati
mereka, serta melibatkan mereka aktif dalam pembelajaran. Guru tidak memiliki
kepentingan apapun, kecuali siswanya menjadi pembelajar yang baik. Inilah
kepentingan guru. Guru berperan dalam mendorong dan membangkitkan gairah baru
siswa untuk membangun jembatan antara apa yang mereka ketahui dan dapat
lakukan, serta bagaimana mereka mampu menjadi pembelajar yang kontinyu.
Disamping itu guru juga harus menghargai perbedaan individu dan percaya semua
siswa dapat belajar, meskipun pada tingkat dan dengan percaya siswa dapat
belajar, meskipun pada tingkat dan dengan cara yang berbeda.
Kegiatan
pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berbeda guru, berbeda
pula karakter dan gayanya. Keistimewaan adalah suatu kebajikan dan pembelajaran
yang sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Esensinya guru bisa meggunakan gaya apa saja, asalkan dengan cara
itu dia mampu mebuat standar dan perilaku mengajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar dengan mudah dan benar. Penulis ingin melakukan wawancara dengan
salah seorang guru SD untuk mengetahui pandangan guru tentang pendidikan,
motivasi yang mendasari guru mengajar, bagaimana sudut pandangnya sebagai guru
dalam melihat peserta didik, apa filosofi dalam mengajar, dan pendekatannya
dalam mengajar.
B. Tujuan
Penulis
melakukan wawancara ini untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan
dengan pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasari guru
mengajar, bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik,
apa filosofi dalam mengajar, dan pendekatannya dalam mengajar dari salah
seorang guru SD yang diwawancarai.
C. Manfaat
·
Dapat dijadikan salah satu panduan atau
sumber tambahan bagi para guru terutama pada guru SD dalam hal mengajar.
·
Menjadi sumber ide wawancara lanjutan bagi
yang ingin melakukan wawancara seputar dunia guru dalam mengajar.
·
Referensi dan sumber informasi tambahan pada
pengajar dan mahasiswa yang mengambil mata kuliah pedagogi ataupun mata kuliah
lain yang berkaitan.
BAB II
HASIL
WAWANCARA
A. Identitas
Guru yang Diwawancarai
Nama = Nu
Usia = 45 tahun
Jenis
Kelamin = Perempuan
Pendidikan = S1 – Pendidikan Biologi di salah satu PTN
Masa
Mengajar = 2006 - sekarang
Tempat
Mengajar = SD Swasta Deli Insani
Pengajar = Guru IPA
Status
Sertifikasi = Dalam proses
B. Kegiatan
Wawancara
Tempat = SD
Swasta Deli Insani
Tanggal = Kamis,
03 April 2014
Waktu = 13.30
– 14.30 WIB
C. Hasil
Wawancara
a.
Pandangan guru tentang pendidikan
Bagaimana
pandangan ibu Nu tentang pendidikan?
Pendidikan menurut saya adalah proses dimana
adanya pentransferan ilmu dari pendidik kepada yang di didik. Pendidikan tidak
hanya dilakukan oleh guru di sekolah, bisa juga dilakukan oleh orang tua di
rumah. Pendidik juga bisa menggunakan caranya tersendiri agar ilmu tersebut
sampai pada yang di didik.
Bagaimana
pandangan ibu Nu tentang pendidikan di Indonesia?
Pandangan saya tentang pendidikan di
Indonesia semakin lama semakin mengalami kemajuan seiring perubahan-perubahan
kurikulum yang ada. Khususnya pada dunia Sekolah Dasar (SD) pada saat sekarang
ini anak kelas 1 SD saja sudah belajar IPA dan Bahasa Inggris walaupun belum
terlalu spesifik. Pada tahun awal-awal saya mengajar kelas 1 SD belum ada
pelajaran IPA dan Bahasa Inggris. Sekarang juga persyaratan masuk ke SD murid
harus sudah bisa membaca dan menulis dan diutamakan yang telah mengenyam
pendidikan TK dan harus cukup umur.
b.
Motivasi yang mendasari guru mengajar
Apa
motivasi yang mendasari ibu Nu dalam mengajar?
Motivasi saya mengajar murid-murid adalah
karena saya suka kepada anak-anak. Ketika saya mengajarkan ilmu yang saya
miliki kepada anak-anak ada rasa kepuasan tersendiri apalagi ketika anak-anak
yang saya ajarkan tersebut mengerti apa yang saya ajarkan. Saya juga ingin agar
murid-murid saya dapat menjadi lebih pintar daripada saya nantinya. Menurut
saya ketika kita mengajar anak SD itu ada kekhasan yang tersendiri, dimana
murid-murid itu masih harus selalu dibimbing oleh gurunya.
c.
Bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam
melihat peserta didik
Bagaimana
pandangan ibu Nu sebagai guru dalam melihat peserta didik?
Pandangan saya sebagai guru melihat
murid-murid saya mereka adalah generasi muda yang perlu di didik dan di
tanamkan pendidikan yang sesuai dan nilai-nilai agama agar menjadi bekal mereka
untuk kedepannya. Peserta didik terutama murid-murid saya di Sekolah Dasar ini
perlu bimbingan dan contoh yang baik dari gurunya. Karena anak SD itu banyak
yang lebih mendengar perkataan gurunya daripada orang tuanya. Makanya terkadang
ada orang tua yang meminta tolong kepada guru di sekolah untuk menyampaikan
sesuatu ke anaknya. Murid-murid saya sekarang juga suka deket-deket sama
gurunya dan terkadang malah ada yang meminta dibelikan jajan. Beberapa dari
mereka ada yang manja berbeda dengan saya ketika SD dulu, dimana guru itu
seperti yang ditakuti.
d.
Apa filosofi dalam mengajar
Apa
filosofi ibu Nu dalam mengajar?
Filosofi saya dalam mengajar adalah untuk
menjadikan murid-murid saya menjadi anak yang berilmu dan bertaqwa. Karena
menurut saya berilmu saja tanpa didasari oleh nilai-nilai agama itu kurang
baik. Sebaiknya menurut saya harus sejalan dan sesuai. Dan guru harus
memberikan contoh dari itu semua. Karena murid-murid menjadikan gurunya sebagai
contohnya terutama pada anak SD.
e.
Pendekatannya dalam mengajar
Bagaimana
pendekatan ibu Nu dalam mengajar?
Saya ketika mengajar menggunakan pendekatan
membimbing murid-murid saya tentang apa yang saya akan ajarkan. Saya bukan guru
yang suka memukul dan memarahi murid saya. Karena saya merasa bahwa murid harus
dekat dan senang sama gurunya baru murid tersebut akan menurut dan dapat
mengikuti pelajaran dengan lebih baik. Terkadang saya juga suka langsung terjun
ke lapangan bersama murid-murid saya, misalnya pada saat pelajaran IPA membuat
tauge dari biji kacang hijau dengan begitu anak-anak menjadi lebih mengerti dan
mereka senang.
BAB III
PEMBAHASAN
Banyak
orang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu. Bagi mereka, kegiatan mengajar
harus berbasis dan dipandu oleh ilmu. Mereka ini menekankan aspek ilmiah dalam
kegiatan pengajaran dan berfokus pada cara-cara melakukan sistematisasi komunikasi
antara guru dan siswa. Mereka percaya bahwa adalah mungkin untuk secara
sistematis memilih bahan, mengatur interaksi guru dengan siswa, interaksi antar
sesama siswa, dan menentukan bahan-bahan yang harus dipelajari oleh siswa,
sehingga mengurangi kemungkinan kegiatan pembelajaran terjadi hanya secara
kebetulan.
Isu
strategis utama yang dihadapi profesi guru dan pendidikan umum adalah pedagogi.
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau
mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis
yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni
(Salvatori, 1996). Melihat pedagogi dari dua perspektif ini nampaknya paling
ideal. Kalaupun kita mengakui bahwa pedagogi sebagai ilmu pengetahuan dan
terdefinisi secara spesifik, tentu definisi itu juga akan menggamit dimensi
seni, teori, dan praktik mengajar dan belajar. Kesemuanya sesungguhnya memiliki
fokus yang sama. Beberapa definisi yang terkait dengan pedagogi disajikan
berikut ini:
a.
Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam
mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi
pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Ini dapat
terlihat dari hasil wawancara mengenai pandangan ibu Nu terhadap pendidikan.
Pendidikan
menurut saya adalah proses dimana adanya pentransferan ilmu dari pendidik
kepada yang di didik. Pendidikan tidak hanya dilakukan oleh guru di sekolah,
bisa juga dilakukan oleh orang tua di rumah. Pendidik juga bisa menggunakan
caranya tersendiri agar ilmu tersebut sampai pada yang di didik.
b.
Belajar (learning),
yaitu proses siswa mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan. Ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan ibu Nu.
Menurut
saya berilmu saja tanpa didasari oleh nilai-nilai agama itu kurang baik.
Sebaiknya menurut saya harus sejalan dan sesuai. Dan guru harus memberikan
contoh dari itu semua. Karena murid-murid menjadikan gurunya sebagai contohnya
terutama pada anak SD.
c.
Hubungan mengajar dengan belajar dengan
segala faktor lain yang tergamit, seperti siswa melakukan penelitian sederhana.
Ini dapat terlihat dari hasil wawancara mengenai pendekatan ibu Nu dalam
mengajar.
Terkadang
saya juga suka langsung terjun ke lapangan bersama murid-murid saya, misalnya
pada saat pelajaran IPA membuat tauge dari biji kacang hijau dengan begitu
anak-anak menjadi lebih mengerti dan mereka senang.
d.
Hubungan mengajar dan belajar berkaitan
dengan semua pengaturan. Sekolah merupakan salah satu bagian dari total
spektrum pengaruh pendidikan. Ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan
ibu Nu.
Peserta
didik terutama murid-murid saya di Sekolah Dasar ini perlu bimbingan dan contoh
yang baik dari gurunya. Karena anak SD itu banyak yang lebih mendengar
perkataan gurunya daripada orang tuanya. Makanya terkadang ada orang tua yang
meminta tolong kepada guru di sekolah untuk menyampaikan sesuatu ke anaknya.
BAB
IV
KESIMPULAN
Dengan demikian, jelas
bahwa apakah mengajar sebagai ilmu atau seni, bahwa guru memiliki kebutuhan
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan baik dalam hal mendidik yang
disepadani dengan nilai-nilai agama dan membentuk suasana belajar yang
menyenangkan. Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi
pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan
dengan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan
atas keberadaan penerapannya pada semua pelajaran. Ibu Nu adalah guru yang
lebih kepada pedagogi modern. Terlihat dari beberapa hasil wawancara yang telah
dilakukan penulis dengan beliau.
BAB
V
SARAN
Sebaiknya ibu Nu juga harus
tegas kepada muridnya karena menurut penulis lebih baik jika seimbang antara
tegas dan memberikan perhatian dan kasih sayang yang menyenangkan kepada
peserta didik. Saran untuk pemerintah, sebaiknya pemerintah tidak terlalu mengejar
target dengan perubahan kurikulum karena takutnya para murid dan guru belum
siap menghadapinya. Dan terakhir untuk penulis sendiri dan masyarakat atau yang
berkecimpung di dunia pendidikan diharapkan kedepannya juga mewawancarai guru
yang sudah memperoleh sertifikasi agar data yang didapatkan lebih kaya dan
beragam.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim,
S. & Khairil. 2013. Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogi. Badung: Alfabeta