Saya pribadi sangat senang bisa menjadi bagian dari kelas pedagogi. Dimana saya belajar banyak di dalamnya. Kita harus selalu menjadi mahasiswa yang aktif dan maju. Sistem perkuliahan yang berbeda, memiliki nilai plus tersendiri. Seperti memposting hasil pembelajaran di blog. Terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Dina yang dengan sabar membimbing kami. Dan terkadang kami membuat hal-hal yang tidak diinginkan. Terimakasih banyak Ibu dan teman-teman semua.
Psikologi
Wednesday, June 25, 2014
Review Hasil Presentasi Kelompok
Setelah beberapa kelompok melakukan presentasi dan beberapa ada yang melakukan perbaikan presentasi. Saya menyimpulkan bahwa proses ini membuat kita menjadi lebih baik lagi. Begitu juga dengan hasil penilaian yang diberikan kepada kelompok kami baik dari dosen pengampu dan teman-teman sekalian. Teman-teman memberikan beberapa masukan tentang presentasi yang telah kelompok kami lakukan. Di antaranya slide kami yang masih kurang menarik dan beberapa dari audience belum mengerti maksud dari proses pembelajaran yang telah kami lakukan. Dosen pengampu juga memberikan masukan tentang kelompok kami sebenarnya menggunakan classical atau private. Kelompok kami juga membuat laptop atau PC, sedangkan kami hanya menggunakan laptop. Tetapi kami mendapatkan nilai plus, karena dari kelompok-kelompok presenter yang telah melakukan presentasi hanya baru kelompok kami saja yang menampilkan hasil observasi. Nilai presentasi yang kami dapatkan adalah 75.
Saturday, April 12, 2014
PEDAGOGI ABAD 21
Pedagogi abad ke-21 yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk TIK memang telah melahirkan perubahan besar dalam pola pembelajaran. Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Pedagogi progresif adalah metode pembelajaran yang berorientasi pada tujuan kegiatan yang disengaja dan direncanakan di mana outcome, guru dan peran serta aktivitas siswa benar-benar jelas dan dijelaskan. Penelitian mengenai penggunaan berbagai metode pembelajaran dalam pengaturan tatap muka mengungkapkan bahwa dalam kondisi tertentu, adalah dimungkinkan untuk memindahkan peserta didik dari tingkat belajar rendah (misalnya, hafalan/menghafal data dan fakta) ke tingkat yang lebih tinggi dalam pembelajaran (misalnya pemahaman tentang fenomena yang kompleks dan disarikan melalui keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kompleks). Penelitian tersebut juga menegaskan bahwa siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif dan beragam lebih memungkinkan untuk memperoleh tingkat pemahaman yang lebih canggih daripada siswa yang tidak menggunakan strategi pembelajaran aktif dan beragam (Williams, 2002).
Saya sering memberikan pembelajaran kepada adik saya dengan cara membimbingnya secara langsung. Pada suatu ketika adik saya meminta diajarkan mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Adik saya duduk di kelas 4 SD. Adik saya ingin diajarkan pelajaran kesenian. Pada saat itu materinya adalah tentang alat musik dari daerah-daerah yang berasal dari Indonesia. Untuk mempermudah adik saya memahami lebih mudah alat-alat musiknya, saya membuka dan mencari alat-alat musik tersebut melalui google di gadget saya. Akhirnya keluarlah gambar-gambar alat musik beserta daerah asalnya. Adik saya, saya suruh membaca dan melihatnya. Lalu mengisi jawaban dari pertanyaan PR-nya. Dan saya juga menyuruhnya untuk menghafal beberapa dari alat-alat musik tersebut beserta daerah asalnya. Sebagai persiapan adik saya ulangan harian keesokan harinya. Setelah adik saya menghafalnya, saya mengujinya dengan menanyakan kembali. Ketika ada jawaban yang salah maka saya menyuruh adik saya membaca dan menghafalnya lagi.
Dari pengalaman saya dengan adik saya tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa terdapat kesesuaian dengan pedagogi abad 21. Dimana pedagogi abad 21 kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk TIK memang telah melahirkan perubahan besar dalam pola pembelajaran. Dapat terlihat dari gambaran, pada saat itu materinya adalah tentang alat musik dari daerah-daerah yang berasal dari Indonesia. Untuk mempermudah adik saya memahami lebih mudah alat-alat musiknya, saya membuka dan mencari alat-alat musik tersebut melalui google di gadget saya. Akhirnya keluarlah gambar-gambar alat musik beserta daerah asalnya. Tetapi terdapat kekurangan dimana saya hanya menyuruh adik saya membaca dan menghafalnya tanpa menyuruh adik saya untuk mengaplikasikannya sehingga adik saya dapat menjadi lebih aktif dan kreatif. Terlihat dari adik saya, saya suruh membaca dan melihatnya. Lalu mengisi jawaban dari pertanyaan PR-nya. Dan saya juga menyuruhnya untuk menghafal beberapa dari alat-alat musik tersebut beserta daerah asalnya. Sebagai persiapan adik saya ulangan harian keesokan harinya. Setelah adik saya menghafalnya, saya mengujinya dengan menanyakan kembali. Ketika ada jawaban yang salah maka saya menyuruh adik saya membaca dan menghafalnya lagi. Padahal seharusnya terdapat penelitian lain yang mengatakan mengenai penggunaan berbagai metode pembelajaran dalam pengaturan tatap muka mengungkapkan bahwa dalam kondisi tertentu, adalah dimungkinkan untuk memindahkan peserta didik dari tingkat belajar rendah (misalnya, hafalan/menghafal data dan fakta) ke tingkat yang lebih tinggi dalam pembelajaran (misalnya pemahaman tentang fenomena yang kompleks dan disarikan melalui keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kompleks).
Friday, April 11, 2014
NAMA : ZULFA
DZATAROHMAH
NIM : 111301108
MATKUL : PEDAGOGI
TUGAS : INDIVIDU
WAWANCARA GURU
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Mengajar
merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada
situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di
mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan.
Pembelajaran, seperti halnya aktivitas pertanian dan penyembuhan, adalah seni
kerjasama yang membantu alam melakukan apa yang dapat dilakukannya sendiri,
meski tidak mungkin selalu baik hanya dengan itu. Tapi, kebanyakan siswa dalam
proses belajar menjadi lebih pasti dan kurang menyesakkan ketika dibantu oleh
guru. Cara guru memandu dan metode kerjanya membuat belajar siswa menjadi lebih
mudah dan efektif. Inilah seni mengajar, yang tidak mungkin ditemukan pada
proses alami kehidupan alam organik. Guru berhadapan dengan siswa yang banyak
dan beragam. Mereka menerima kepuasan ketika menghadapi siswa yang baik, meski
belum tentu berprestasi tinggi dan menjadi manusia sukses di masa depan.
Badan
Nasional Standar Profesional Pengajaran di Amerika Serikat telah membuat
rumusan yang baik tentang pengajaran, di mana guru memfasilitasi peluang
belajar siswa tidak hanya sekedar menempatkan orang-orang muda di lingkungan
edukatif, melainkan juga harus memotivasi mereka, menangkap pikiran dan hati
mereka, serta melibatkan mereka aktif dalam pembelajaran. Guru tidak memiliki
kepentingan apapun, kecuali siswanya menjadi pembelajar yang baik. Inilah
kepentingan guru. Guru berperan dalam mendorong dan membangkitkan gairah baru
siswa untuk membangun jembatan antara apa yang mereka ketahui dan dapat
lakukan, serta bagaimana mereka mampu menjadi pembelajar yang kontinyu.
Disamping itu guru juga harus menghargai perbedaan individu dan percaya semua
siswa dapat belajar, meskipun pada tingkat dan dengan percaya siswa dapat
belajar, meskipun pada tingkat dan dengan cara yang berbeda.
Kegiatan
pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berbeda guru, berbeda
pula karakter dan gayanya. Keistimewaan adalah suatu kebajikan dan pembelajaran
yang sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Esensinya guru bisa meggunakan gaya apa saja, asalkan dengan cara
itu dia mampu mebuat standar dan perilaku mengajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar dengan mudah dan benar. Penulis ingin melakukan wawancara dengan
salah seorang guru SD untuk mengetahui pandangan guru tentang pendidikan,
motivasi yang mendasari guru mengajar, bagaimana sudut pandangnya sebagai guru
dalam melihat peserta didik, apa filosofi dalam mengajar, dan pendekatannya
dalam mengajar.
B. Tujuan
Penulis
melakukan wawancara ini untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan
dengan pandangan guru tentang pendidikan, motivasi yang mendasari guru
mengajar, bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik,
apa filosofi dalam mengajar, dan pendekatannya dalam mengajar dari salah
seorang guru SD yang diwawancarai.
C. Manfaat
·
Dapat dijadikan salah satu panduan atau
sumber tambahan bagi para guru terutama pada guru SD dalam hal mengajar.
·
Menjadi sumber ide wawancara lanjutan bagi
yang ingin melakukan wawancara seputar dunia guru dalam mengajar.
·
Referensi dan sumber informasi tambahan pada
pengajar dan mahasiswa yang mengambil mata kuliah pedagogi ataupun mata kuliah
lain yang berkaitan.
BAB II
HASIL
WAWANCARA
A. Identitas
Guru yang Diwawancarai
Nama = Nu
Usia = 45 tahun
Jenis
Kelamin = Perempuan
Pendidikan = S1 – Pendidikan Biologi di salah satu PTN
Masa
Mengajar = 2006 - sekarang
Tempat
Mengajar = SD Swasta Deli Insani
Pengajar = Guru IPA
Status
Sertifikasi = Dalam proses
B. Kegiatan
Wawancara
Tempat = SD
Swasta Deli Insani
Tanggal = Kamis,
03 April 2014
Waktu = 13.30
– 14.30 WIB
C. Hasil
Wawancara
a.
Pandangan guru tentang pendidikan
Bagaimana
pandangan ibu Nu tentang pendidikan?
Pendidikan menurut saya adalah proses dimana
adanya pentransferan ilmu dari pendidik kepada yang di didik. Pendidikan tidak
hanya dilakukan oleh guru di sekolah, bisa juga dilakukan oleh orang tua di
rumah. Pendidik juga bisa menggunakan caranya tersendiri agar ilmu tersebut
sampai pada yang di didik.
Bagaimana
pandangan ibu Nu tentang pendidikan di Indonesia?
Pandangan saya tentang pendidikan di
Indonesia semakin lama semakin mengalami kemajuan seiring perubahan-perubahan
kurikulum yang ada. Khususnya pada dunia Sekolah Dasar (SD) pada saat sekarang
ini anak kelas 1 SD saja sudah belajar IPA dan Bahasa Inggris walaupun belum
terlalu spesifik. Pada tahun awal-awal saya mengajar kelas 1 SD belum ada
pelajaran IPA dan Bahasa Inggris. Sekarang juga persyaratan masuk ke SD murid
harus sudah bisa membaca dan menulis dan diutamakan yang telah mengenyam
pendidikan TK dan harus cukup umur.
b.
Motivasi yang mendasari guru mengajar
Apa
motivasi yang mendasari ibu Nu dalam mengajar?
Motivasi saya mengajar murid-murid adalah
karena saya suka kepada anak-anak. Ketika saya mengajarkan ilmu yang saya
miliki kepada anak-anak ada rasa kepuasan tersendiri apalagi ketika anak-anak
yang saya ajarkan tersebut mengerti apa yang saya ajarkan. Saya juga ingin agar
murid-murid saya dapat menjadi lebih pintar daripada saya nantinya. Menurut
saya ketika kita mengajar anak SD itu ada kekhasan yang tersendiri, dimana
murid-murid itu masih harus selalu dibimbing oleh gurunya.
c.
Bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam
melihat peserta didik
Bagaimana
pandangan ibu Nu sebagai guru dalam melihat peserta didik?
Pandangan saya sebagai guru melihat
murid-murid saya mereka adalah generasi muda yang perlu di didik dan di
tanamkan pendidikan yang sesuai dan nilai-nilai agama agar menjadi bekal mereka
untuk kedepannya. Peserta didik terutama murid-murid saya di Sekolah Dasar ini
perlu bimbingan dan contoh yang baik dari gurunya. Karena anak SD itu banyak
yang lebih mendengar perkataan gurunya daripada orang tuanya. Makanya terkadang
ada orang tua yang meminta tolong kepada guru di sekolah untuk menyampaikan
sesuatu ke anaknya. Murid-murid saya sekarang juga suka deket-deket sama
gurunya dan terkadang malah ada yang meminta dibelikan jajan. Beberapa dari
mereka ada yang manja berbeda dengan saya ketika SD dulu, dimana guru itu
seperti yang ditakuti.
d.
Apa filosofi dalam mengajar
Apa
filosofi ibu Nu dalam mengajar?
Filosofi saya dalam mengajar adalah untuk
menjadikan murid-murid saya menjadi anak yang berilmu dan bertaqwa. Karena
menurut saya berilmu saja tanpa didasari oleh nilai-nilai agama itu kurang
baik. Sebaiknya menurut saya harus sejalan dan sesuai. Dan guru harus
memberikan contoh dari itu semua. Karena murid-murid menjadikan gurunya sebagai
contohnya terutama pada anak SD.
e.
Pendekatannya dalam mengajar
Bagaimana
pendekatan ibu Nu dalam mengajar?
Saya ketika mengajar menggunakan pendekatan
membimbing murid-murid saya tentang apa yang saya akan ajarkan. Saya bukan guru
yang suka memukul dan memarahi murid saya. Karena saya merasa bahwa murid harus
dekat dan senang sama gurunya baru murid tersebut akan menurut dan dapat
mengikuti pelajaran dengan lebih baik. Terkadang saya juga suka langsung terjun
ke lapangan bersama murid-murid saya, misalnya pada saat pelajaran IPA membuat
tauge dari biji kacang hijau dengan begitu anak-anak menjadi lebih mengerti dan
mereka senang.
BAB III
PEMBAHASAN
Banyak
orang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu. Bagi mereka, kegiatan mengajar
harus berbasis dan dipandu oleh ilmu. Mereka ini menekankan aspek ilmiah dalam
kegiatan pengajaran dan berfokus pada cara-cara melakukan sistematisasi komunikasi
antara guru dan siswa. Mereka percaya bahwa adalah mungkin untuk secara
sistematis memilih bahan, mengatur interaksi guru dengan siswa, interaksi antar
sesama siswa, dan menentukan bahan-bahan yang harus dipelajari oleh siswa,
sehingga mengurangi kemungkinan kegiatan pembelajaran terjadi hanya secara
kebetulan.
Isu
strategis utama yang dihadapi profesi guru dan pendidikan umum adalah pedagogi.
Pandangan tradisional memposisikan pedagogi sebatas seni mengajar atau
mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis
yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi sebagai seni
(Salvatori, 1996). Melihat pedagogi dari dua perspektif ini nampaknya paling
ideal. Kalaupun kita mengakui bahwa pedagogi sebagai ilmu pengetahuan dan
terdefinisi secara spesifik, tentu definisi itu juga akan menggamit dimensi
seni, teori, dan praktik mengajar dan belajar. Kesemuanya sesungguhnya memiliki
fokus yang sama. Beberapa definisi yang terkait dengan pedagogi disajikan
berikut ini:
a.
Pengajaran (teaching), yaitu teknik dan metode kerja guru dalam
mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi
pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Ini dapat
terlihat dari hasil wawancara mengenai pandangan ibu Nu terhadap pendidikan.
Pendidikan
menurut saya adalah proses dimana adanya pentransferan ilmu dari pendidik
kepada yang di didik. Pendidikan tidak hanya dilakukan oleh guru di sekolah,
bisa juga dilakukan oleh orang tua di rumah. Pendidik juga bisa menggunakan
caranya tersendiri agar ilmu tersebut sampai pada yang di didik.
b.
Belajar (learning),
yaitu proses siswa mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan. Ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan ibu Nu.
Menurut
saya berilmu saja tanpa didasari oleh nilai-nilai agama itu kurang baik.
Sebaiknya menurut saya harus sejalan dan sesuai. Dan guru harus memberikan
contoh dari itu semua. Karena murid-murid menjadikan gurunya sebagai contohnya
terutama pada anak SD.
c.
Hubungan mengajar dengan belajar dengan
segala faktor lain yang tergamit, seperti siswa melakukan penelitian sederhana.
Ini dapat terlihat dari hasil wawancara mengenai pendekatan ibu Nu dalam
mengajar.
Terkadang
saya juga suka langsung terjun ke lapangan bersama murid-murid saya, misalnya
pada saat pelajaran IPA membuat tauge dari biji kacang hijau dengan begitu
anak-anak menjadi lebih mengerti dan mereka senang.
d.
Hubungan mengajar dan belajar berkaitan
dengan semua pengaturan. Sekolah merupakan salah satu bagian dari total
spektrum pengaruh pendidikan. Ini dapat terlihat dari hasil wawancara dengan
ibu Nu.
Peserta
didik terutama murid-murid saya di Sekolah Dasar ini perlu bimbingan dan contoh
yang baik dari gurunya. Karena anak SD itu banyak yang lebih mendengar
perkataan gurunya daripada orang tuanya. Makanya terkadang ada orang tua yang
meminta tolong kepada guru di sekolah untuk menyampaikan sesuatu ke anaknya.
BAB
IV
KESIMPULAN
Dengan demikian, jelas
bahwa apakah mengajar sebagai ilmu atau seni, bahwa guru memiliki kebutuhan
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan baik dalam hal mendidik yang
disepadani dengan nilai-nilai agama dan membentuk suasana belajar yang
menyenangkan. Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi
pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan
dengan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan
atas keberadaan penerapannya pada semua pelajaran. Ibu Nu adalah guru yang
lebih kepada pedagogi modern. Terlihat dari beberapa hasil wawancara yang telah
dilakukan penulis dengan beliau.
BAB
V
SARAN
Sebaiknya ibu Nu juga harus
tegas kepada muridnya karena menurut penulis lebih baik jika seimbang antara
tegas dan memberikan perhatian dan kasih sayang yang menyenangkan kepada
peserta didik. Saran untuk pemerintah, sebaiknya pemerintah tidak terlalu mengejar
target dengan perubahan kurikulum karena takutnya para murid dan guru belum
siap menghadapinya. Dan terakhir untuk penulis sendiri dan masyarakat atau yang
berkecimpung di dunia pendidikan diharapkan kedepannya juga mewawancarai guru
yang sudah memperoleh sertifikasi agar data yang didapatkan lebih kaya dan
beragam.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim,
S. & Khairil. 2013. Pedagogi,
Andragogi, dan Heutagogi. Badung: Alfabeta
Thursday, April 10, 2014
Kemampuan yang harus dikembangkan dalam kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi sebagai berikut:
a. Kemampuan mengelola pembelajaran
Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cendrung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri.
b. Pemahaman terhadap peserta didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan kompetensi yang harus dimiuliki oleh guru. Setidaknya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif.
c. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru yang aan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran setidaknya mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Dalam Rencana Peraturan Peemerintah tentang Guru, bahwa guru haru memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yag mendidik dan dialogis. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikasi. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post tes.
e. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran, terutama internet (e-learning), agar ia mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengorganisir, menganalisis dan memilih informasi yang paling tepat dan berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta didik serta tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penguasaan guru terhadap standar kompetensi dalam bidang teknologi pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu indikator standar dan sertifikasi kompetensi guru.
f. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,benchmarking, serta penilaian program.
g. Pengembangan Peserta Didik
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi paedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler (ekskul), pengayaan dan remidial, serta bimbingan dan konseling (BK).
PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ERA PRAKRISIS
Bangsa Indonesia dilanda krisis total menerpa seluruh aspek kehidupan masyarakat dan berbangsa. Krisis yang bermula dari krisis moneter ekonomi kemudian berkembang menjadi krisis politik, hukum, kebudayaan dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan. Krisis yang menyeluruh tersebut pada hakikatnya merupakan refleksi krisis kebudayaan karena berkaitan dengan rapuhnya kaidah-kaidah etik dan moral dari bangsa kita. Krisis kebudayaan pula merupakan krisis pendidikan (Tilaar : 2004) karena kebudayaan merupakan jaringan yang dibentuk dan membentuk pribadi-pribadi masyarakat Indonesia. Karenanya diperlukan meninjau kembali paradigma-paradigma yang telah mendasari krisis pendidikan nasional. Dari analisis mengenai paradigma-paradigma sistem pendidikan nasional beserta hasil-hasil yang telah dicapai, maka kita akan mempunyai suatu gambaran keseluruhan mengenai kekeliruan-kekeliruan yang telah kita lakukan pada masa lalu. Dari hasil yang telah kita capai selama era pra-krisis akan kita temukan anomali-anomali yang terjadi, yaitu kesenjangan anatara apa yang diharapkan dan apa yang dihasilkan.
- Peningkatan pendidikan merupakan pemutusan mata rantai kemiskinan (teori lingkaran setan penanggulangan kemiskinan)
- Mempercepat terpenuhinya wajib belajar pendidikan sekolah dasar untuk semua anak usia sekolah dasar (education for all)
- Merintis pelaksanaan wajib belajar 9 tahun untuk meningkatkan kecerdasan rakyat
Hasil-hasil yang dicapai :
- Meningkatnya tingkat pendidikan rata-rata penduduk ternyata tidak dengan sendirinya menurunkan kemiskinan absolut
- Peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak diikuti dengan peningkatan investasi dalam bidang pendidikan sehingga sulit untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan.
- Angka partisipasi sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan tinggi terus meningkat. Pada tahun 1984 sudah dicapai target wajib belajar 6 tahun sebagai pendidikan universal. Namun demikian angka partisipasi untuk pendidikan tinggi adalah yang terendah di asia.
Anomali-anomali
- Peningkatan kuantitatif pendidikan tidak sejalan dengan peningkatan produktifitas. Tingkat keterampilan tenaga kerja Indonesia termasuk terendah di Asia
- Tingkat pengangguran sarjana semakin lama semakin meningkat.
- Popularisasi pendidikan tidak sejalan dengan investasi untuk sektor pendidikan dan anggaran belanja pemerintah.
- Popularisasi pendidikan tidak sejalan dengan usaha-usaha serius peningkatan kualitas
Subscribe to:
Posts (Atom)